Wednesday, June 25, 2003

Assalamualaikum,
I shall talk about sabar (patience), inshallah. I was following Syeikh Riyadh Ansari’s lecture, and I think the onus is on me to share the knowledge I have received from him.
In Surah Ali Imran, verse 200, Allah mentioned
O ye who believe! Persevere in patience and constancy, vie in such perseverance;strengthen each other; and fear God ; that ye may prosper.
Thus we should try to outdo others in patience. Through patience, redha, and taqwa, success in attainable. By sabar (patience), it will cause Allah to choose the person to lead the deen,inshallah. Allah is with those who are patient. Sabar is a condition for victory. Rasulullah saw once narrated “Know that victory comes with patience.” Sabar and taqwa is a shield against enemies. If you have taqwa, the enemies cannot harm you at all. Can’t we all see, the solution is simple, but we are not taking the medicine!
Now, here’s a good question. “Is it possible to develop patience?
The answer is yes, well how? When patience is needed, we should exercise sabar, and it will be in our character. One must always remember that patience is only real patience when exercised during the first blow for we know that sooner or later, we’ll get over it. But it’s the first moment when we are put to trial with patience, that’s when it really counts. Like if somebody we love, maybe a brother, or parents, passed away, it is the first few moments when we receive the news where we should exercise sabar the most. Sooner or later, we will be able to accept the fact.
Remember Nabi Yusuf a.s., when he was invited to adultery. He was young and single, and the person inviting him was very beautiful and desirable. Imagine a young and single man being invited to adultery. These are the moments when his hormones must be raging wild. But mashallah, he was patient. Even when the women threatened to put him to jail, and all sorts of threats, he still exercised sabar and was steadfast in Allah’s religion. The most difficult sabar is restraining oneself from haraam. I wonder how would the guys today fair if being put in his position now.
There are many kinds of sabar, and its true that the toughest one is sabar in following the rules Allah has placed for us in Islam. We encounter a lot of events which involve sabar, which we might even have taken for granted. Like if we restrain from meeting or talking to a non mahram for the sake of Allah, no matter how much we may adore that person. Subhanallah. Or when one is able to become rich, but accepts poverty and exercises sabar for the sake of Allah. Or when one is perpetually tempted by syaitan, who always reminds us of the state of poverty, and we exercise sabar for the sake of Allah. Subhanallah. May Allah give us all the strength to exercise sabar.

And surely, We shall try you till We test those who strive hard (for the Cause of Allâh) and the patient ones, and We shall test your facts (i.e. the one who is a liar, and the one who is truthful). (Muhammad:31)

Tuesday, June 03, 2003

Tanggal 2nd June, Bumi Melbourne meratapi kehilangan seorang yang telah membawa kita ke arah satu pembentukan individu muslim yang sebenar, ke arah satu matlamat yang besar yang mungkin tidak pernah kita fikirkan sebelum ini, membawa kita semua ke suatu daerah yang baru. Manusia yang ana suka gelarkan dengan gelaran ayah ini meninggalkan kita di sini, flightnya pukul 8.00 pagi tadi. Entah apa yang bermain di fikiran ana. Tergamam seketika, termenung seketika melihat wajahnya yang penuh dengan bayangan daei itu. Tidak pernah lagi ana jumpa manusia seperti ini seumur hidup ana. Hidupnya hanyalah untuk dakwah yang dia sendiri suka menyatakannya sebagai satu perniagaan yang takkan rugi. Ustaz pernah berkata, “Kalaulah enta boleh nampak apa yang ana nampak sekarang, enta akan kurang ketawa”. MasyaAllah, tahap pengorbanannya terlalu tinggi, sanggup meninggalkan apa sahaja, segala-galanya di dunia ini tidak penting. Negeri akhirat itu terlalu dekat buatnya.



Pergi tetap pergi, kita masih tetap dengan matlamat kita yang masih jauh. Agenda kita amat besar. Janganlah kita bersedih atas pemergiannya itu. Cukuplah hanya dikenang seketika jangan terbawa-bawa dalam duka. Memang ana akur ustaz terlalu banyak menumpahkan kasih sayangnya kepada kita semua, mana mampu dibalas hanya dengan lambaian terakhir dan sekadar ucapan terima kasih. Semoga kita diberikan istiqamah di atas jalan-Nya. Bukankah itu yang ayah mahukan? Teruskan perjuangan kalian. Dan ingatlah, biarlah setiap saat kita bernilai buat saham di akhirat sana. Faiiza faraq tafansob......



Apa lagi nak diungkapkan, mengenang kembali dalam tempoh bersama, begitu banyak ilmu yang dicurahkan dan diberikan, terlalu banyak untuk diungkaikan satu-persatu setelah ianya disimpul erat. Tamrin? Nadwah? Usrah? Jaulah? bbq? Semuanya itu telah digunakan sehabis-habisnya untuk menyedarkan semua hanya kepada pemahaman yang sebenar yang ustaz sendiri tidak mendapat apa2 ganjaran di dunia namun, ganjaran saham yang mana tiada saham yang lebih untung itu tampak jelas sesudah kepergiannya.



Entah apa lagi ana perlu beritahu kepada semua. Segala penyelarasan usrah, dakwah diaturkannya sendiri hari demi hari, tekunnya turun naik kereta berziarah kerana mahu semua dengar seruan yang pernah dibawa oleh Junjungan Nabi, itulah yang menjadikan ana begitu kagum dan mahu seboleh-bolehnya ustaz masih boleh menemani kita di sini lagi. Tapi timbul persoalan apakah dengan ketiadaannya kita akan berhenti di jalan ini. Tidak sama sekali, kerana jalan ini bukan kita turut kerananya, tetapi lebih daripada itu yaitulah kepada Penguasa langit dan bumi. Jalan dakwah di Melbourne akan kekal selamanya yang mana antum semualah asset yang paling berharga, insyaAllah.



Berusahalah sepenuh hati dalam exam mendatang, buatlah yang terbaik buat bukan sahaja diri kita tetapi memandang jauh buat agama dan jangan pula menjadi fitnah kepada jalan yang mana tiada jalan yang lebih mulia, jalan dakwah. Doakan kejayaan sahabat2 kita. Semoga Allah berikan kejayaan kalau kejayaan itu milik kita. InsyaAllah. Tapi andaikata kurang memuaskan janganlah medan mulia dipersalahkan dan antum tinggalkan. Semoga Allah beri istiqamah kita berada di atas jalan-Nya.